Filosofi Patah Hati
Assalamualaikum warrahmatullah wabarrakaatuhEhm... Lama nih tidak meposting tulisan ke blog yang luarbiasa ini. Apa kabar semua sahabat-sahabat setia pembaca blogku (kayak udah favorit saja ya)?
Karena akhir-akhir ini banyak yang curhat tentang patah hati sekaligus penulis yang juga suka nulis patah hati karena si dia. Tidak cuma sekali, tetapi berkali-kali mendengar istilah patah hati ini dari temen-temen.
Bahkan tak cuma mendengar, tetapi juga pernah menamai sebuah rasa dengan istilah patah hati.
Ya, tentu kita mengenal istilah ini akibat adanya pengarang drama pada setiap media hiburan yang kita lihat.
Yang paling mudah sebagai contoh adalah Film. Mari ambil dari drama korea yang sempet ngetren di indonesia yaitu Boys Before Flower. (ini bahas patah hati apa drama korea ya..?)
Bagaimana dua orang kekasih yang sedang jatuh cinta, awalnya yang dekat dengan Jan Di adalah Ji Hoo. Namun ternyata Jun Pyo tertarik dengan Jan Di dan jatuh cinta. Jan Di pun tak menyangkal bahwa lama-lama ia juga jatuh hati pada Jun Pyo. Namun tentu Ji Hoo disini tidak mungkin tidak ada rasa apa-apa. Ternyata Ji Hoo juga diam-diam memendam rasa kepada Jan Di. Namun akhirnya Ji Hoo harus merelakan Jan Di untuk Jun Pyo. Disini pasti orang menganggap bahwa Ji Hoo patah hati terhadap Jan Di.
(ini review Film Korea ya..?)
Tentunya inti dari pembahasan ini bukanlah review dari drama korea BBF, tetapi review diatas sekedar menunjukan bagaimana kita sebagai penikmat film digiring untuk mempercayai rasa akibat dicampakkan oleh seseorang sebagai patah hati. Apakah itu yang disebut cinta bertepuk sebelah tangan atau cinta tak terbalas, intinya adalah patah itu sekedar nama yang diberikan publik terhadap rasa yang menurut mereka sedemikian rupa.
Namun adakah istilah patah hati di jaman dahulu kala..?
Mungkin jika kita membaca cerita klasik seperti cinderella dan dongeng-dongeng lain yang kisah nya kita namai sekarang dengan bumbu kalimat patah hati, maka jawabannya adalah ada. Tapi jika kita tengok kapan buku itu ditulis, maka kita tahu bahwa buku itu ditulis akhir-akhir ini. Dalam artian, yang menamai patah hati adalah orang yang menulis nya saat ini. (sekedar pendapat saja).
Apakah kita bisa yakin, mereka dulu menamakan hal ini sebagai patah hati..?
Kalau sakit hati, bisa jadi iya. Karena timbulnya rasa demikian menandakan adanya kecintaan dunia yang sudah diluar kadarnya.
Coba kita ingat kembali kisah dua sahabat, yaitu Salman Al Farisy dan Abu Darda. (hayo, pada inget tidak kisahnya..?)
Singkat ceritanya begini sahabat, ketika itu Salman sudah memasuki umur untuk menikah dan Ia tertarik (jatuh cinta) pada wanita shalihah. Salman Al farisy bukanlah orang Madinah Asli melainkan pemuda yang berasal dari Persia. Sedangkan wanita shalihah ini adalah orang Madinah. Maka, karena tekadnya sudah matang untuk melamar wanita shalihah ini, Ia pun menjumpai satu sahabat baiknya yaitu Abu Darda. Salman meminta saudaranya itu untuk melamarkan wanita shalihah itu untuknya. Abu Darda pun bahagia karena saudaranya ini hendak menjalankan satu syariat islam yaitu menikah. Namun apa yang terjadi ketika proses lamaran itu berjalan, wanita shalihah itu memberikan jawaban yang maksudnya yaitu menolak pinangan Salman Al Farisy dan telah menyiapkan jawaban mengiyakan jika Abu Darda yang melamar dia. Maka pada waktu itu juga, Salman AlFarisy memberikan mahar yang telah disiapkannya kepada saudaranya Abu Darda dan menjadi saksi pernikahan mereka berdua.
Adakah pada waktu itu kata patah hati yang menjumpai Salman Al Farasy? Tentu tidak. Kenapa..?
Tentu saja karena cintanya terhadap wanita shalih itu sewajarnya saja dan jauh dibawah cintanya kepada Allah swt. Jika kita mengambil jawaban ini dan yakin bahwa cinta itu pemberian dari Allah, maka tidak akan istilah patah hati pada seorang yang imannya sekuat dan seteguh sahabat Salman Al Farisy.
Maka jelas sekali, sumber dari munculnya patah hati adalah sakitnya hati seseorang. Boleh jadi penyakitnya adalah kecintaannya terhadap dunia yang kadarnya terlalu tinggi, sedang kepada akhirat kadarnya sedikit. Yuk, bagi kaum korban patah hati marilah kita melawan bersama-sama munculnya penyakit hati itu dalam jiwa kita masing-masing. Mari kita tinggalkan semua maksiat yang kita lakukan, jika tak bisa semuanya sekaligus, maka perlahan-lahan dan serius menjaganya. Seperti halnya mencabuti rumput di halaman yang luas, maka bekas rumput yang sudah tercabuti harus rajin kita periksa agar tak tumbuh lagi selagi kita juga membersihkan lainnya.
Sampai pada kesimpulannya, patah hati adalah sekedar penamaan kebanyakan orang terhadap suatu rasa, yang sebenarnya rasa itu adalah sebuah penyakit hati yang harus segera di obati. Sedangkan pada saat ini, patah hati itu di anggap wajar oleh kebanyakan umum. Juga bukan lagi dianggap sebagai penyakit yang perlu disembuhkan. Malah kadang di anggap sebagai alasan untuk menyakiti orang lain dengan alasan bahwa ia telah menyakiti saya (membuat saya patah hati).
Maka saya curiga kalau patah hati itu sengaja dibuat untuk melemahkan generasi muda.
Jadi sahabat-sahabat, jika kalian merasakan apa yang sekarang disebut patah hati, janganlah kalian menyalahkan orang lain yang membuatmu patah hati. Tetapi periksalah hatimu dan segera memohon ampun kepada Allah akan penyakit hati yang hadir itu. Maka jangan sampai patah hati itu membuatmu mematahkan silaturahim, menyakiti orang lain, melakukan maksiat yang lain, dll. Yuk sadarkan diri dan menjadi generasi yang kuat, menjadi generasi penerus yang teguh memegang syariat dan lembut menasehati saudara.
Sekian, tulisan ini pembahasan ini saya buat, sampai jumpa pada tulisan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum..
0 komentar: