Filosofi Patah Hati

Agustus 24, 2017 0 Comments

Assalamualaikum warrahmatullah wabarrakaatuh

Ehm... Lama nih tidak meposting tulisan ke blog yang luarbiasa ini. Apa kabar semua sahabat-sahabat setia pembaca blogku (kayak udah favorit saja ya)?
Karena akhir-akhir ini banyak yang curhat tentang patah hati sekaligus penulis yang juga suka nulis patah hati karena si dia. Tidak cuma sekali, tetapi berkali-kali mendengar istilah patah hati ini dari temen-temen.

Bahkan tak cuma mendengar, tetapi juga pernah menamai sebuah rasa dengan istilah patah hati.

Ya, tentu kita mengenal istilah ini akibat adanya pengarang drama pada setiap media hiburan yang kita lihat.

Yang paling mudah sebagai contoh adalah Film. Mari ambil dari drama korea yang sempet ngetren di indonesia yaitu Boys Before Flower. (ini bahas patah hati apa drama korea ya..?)

Bagaimana dua orang kekasih yang sedang jatuh cinta, awalnya yang dekat dengan Jan Di adalah Ji Hoo. Namun ternyata Jun Pyo tertarik dengan Jan Di dan jatuh cinta. Jan Di pun tak menyangkal bahwa lama-lama ia juga jatuh hati pada Jun Pyo. Namun tentu Ji Hoo disini tidak mungkin tidak ada rasa apa-apa. Ternyata Ji Hoo juga diam-diam memendam rasa kepada Jan Di. Namun akhirnya Ji Hoo harus merelakan Jan Di untuk Jun Pyo. Disini pasti orang menganggap bahwa Ji Hoo patah hati terhadap Jan Di.
(ini review Film Korea ya..?)

Tentunya inti dari pembahasan ini bukanlah review dari drama korea BBF, tetapi review diatas sekedar menunjukan bagaimana kita sebagai penikmat film digiring untuk mempercayai rasa akibat dicampakkan oleh seseorang sebagai patah hati. Apakah itu yang disebut cinta bertepuk sebelah tangan atau cinta tak terbalas, intinya adalah patah itu sekedar nama yang diberikan publik terhadap rasa yang menurut mereka sedemikian rupa.

Namun adakah istilah patah hati di jaman dahulu kala..? 
Mungkin jika kita membaca cerita klasik seperti cinderella dan dongeng-dongeng lain yang kisah nya kita namai sekarang dengan bumbu kalimat patah hati, maka jawabannya adalah ada. Tapi jika kita tengok kapan buku itu ditulis, maka kita tahu bahwa buku itu ditulis akhir-akhir ini. Dalam artian, yang menamai patah hati adalah orang yang menulis nya saat ini. (sekedar pendapat saja).

Apakah kita bisa yakin, mereka dulu menamakan hal ini sebagai patah hati..?
Kalau sakit hati, bisa jadi iya. Karena timbulnya rasa demikian menandakan adanya kecintaan dunia yang sudah diluar kadarnya.

Coba kita ingat kembali kisah dua sahabat, yaitu Salman Al Farisy dan Abu Darda. (hayo, pada inget tidak kisahnya..?)
Singkat ceritanya begini sahabat, ketika itu Salman sudah memasuki umur untuk menikah dan Ia tertarik (jatuh cinta) pada wanita shalihah. Salman Al farisy bukanlah orang Madinah Asli melainkan pemuda yang berasal dari Persia. Sedangkan wanita shalihah ini adalah orang Madinah. Maka, karena tekadnya sudah matang untuk melamar wanita shalihah ini, Ia pun menjumpai satu sahabat baiknya yaitu Abu Darda. Salman meminta saudaranya itu untuk melamarkan wanita shalihah itu untuknya. Abu Darda pun bahagia karena saudaranya ini hendak menjalankan satu syariat islam yaitu menikah. Namun apa yang terjadi ketika proses lamaran itu berjalan, wanita shalihah itu memberikan jawaban yang maksudnya yaitu menolak pinangan Salman Al Farisy dan telah menyiapkan jawaban mengiyakan jika Abu Darda yang melamar dia. Maka pada waktu itu juga, Salman AlFarisy memberikan mahar yang telah disiapkannya kepada saudaranya Abu Darda dan menjadi saksi pernikahan mereka berdua.

Adakah pada waktu itu kata patah hati yang menjumpai Salman Al Farasy? Tentu tidak. Kenapa..?
Tentu saja karena cintanya terhadap wanita shalih itu sewajarnya saja dan jauh dibawah cintanya kepada Allah swt. Jika kita mengambil jawaban ini dan yakin bahwa cinta itu pemberian dari Allah, maka tidak akan istilah patah hati pada seorang yang imannya sekuat dan seteguh sahabat Salman Al Farisy.

Maka jelas sekali, sumber dari munculnya patah hati adalah sakitnya hati seseorang. Boleh jadi penyakitnya adalah kecintaannya terhadap dunia yang kadarnya terlalu tinggi, sedang kepada akhirat kadarnya sedikit. Yuk, bagi kaum korban patah hati marilah kita melawan bersama-sama munculnya penyakit hati itu dalam jiwa kita masing-masing. Mari kita tinggalkan semua maksiat yang kita lakukan, jika tak bisa semuanya sekaligus, maka perlahan-lahan dan serius menjaganya. Seperti halnya mencabuti rumput di halaman yang luas, maka bekas rumput yang sudah tercabuti harus rajin kita periksa agar tak tumbuh lagi selagi kita juga membersihkan lainnya.

Sampai pada kesimpulannya, patah hati adalah sekedar penamaan kebanyakan orang terhadap suatu rasa, yang sebenarnya rasa itu adalah sebuah penyakit hati yang harus segera di obati. Sedangkan pada saat ini, patah hati itu di anggap wajar oleh kebanyakan umum. Juga bukan lagi dianggap sebagai penyakit yang perlu disembuhkan. Malah kadang di anggap sebagai alasan untuk menyakiti orang lain dengan alasan bahwa ia telah menyakiti saya (membuat saya patah hati).
Maka saya curiga kalau patah hati itu sengaja dibuat untuk melemahkan generasi muda.

Jadi sahabat-sahabat, jika kalian merasakan apa yang sekarang disebut patah hati, janganlah kalian menyalahkan orang lain yang membuatmu patah hati. Tetapi periksalah hatimu dan segera memohon ampun kepada Allah akan penyakit hati yang hadir itu. Maka jangan sampai patah hati itu membuatmu mematahkan silaturahim, menyakiti orang lain, melakukan maksiat yang lain, dll. Yuk sadarkan diri dan menjadi generasi yang kuat, menjadi generasi penerus yang teguh memegang syariat dan lembut menasehati saudara.
Sekian, tulisan ini pembahasan ini saya buat, sampai jumpa pada tulisan selanjutnya.
Wassalamu'alaikum..

0 komentar:

Berbicara Jodoh

Juli 12, 2017 0 Comments

Rewrite Jodoh,

Belakangan ini, kepala kayaknya agak banyak kepikiran sesuatu. Ditambah dengan ramainya orang di media sosial dengan hari patah hati nasional atau bahkan internasional. Status isinya itu-itu semua, bahkanlah banyak bener yang manfaatin moment show up. Aduuuhhh,, makin pusing saja deh dengan realita yang terjadi di media sosial Indonesia. Seperti terbukti gitu, kebanyakan penggunna media sosial sekarang itu isinya orang baper semua.hehehe. termasuk yang nulis berarti.?

So, ada beberapa buah pemikiran dan pemahaman baru dikepala ini yang sedang di rewrite atau di tulis ulang, karena pemahaman lama udah kabur. Salah satunya tentang jodoh. Tentunya, paham dasar nya tetap tidak berubah, bahwasannya Jodoh setiap orang itu sudah ditetapkan oleh Allah SWT. sejak kita dilahirkan didunia, seperti halnya rezeki dan mati. Namun seperti apa jodoh kita, bagaimana pertemuannya, bagaimana kaitan pemahamannya dengan Q.S. An-Nur ayat 26..?

Yang terjadi sekarang, banyak sekali orang yang hijrah atau setidaknya merubah sikapnya untuk bersikap dan berpenampilan baik karena atau supaya mendapat jodoh yang baik pula. Hal ini karena merebaknya kasus-kasus KDRT ataupun berita dimedia tentang ketidak harmonisan keluarga publik figure yang landasan pernikahan hanya sekedar saling suka dan perkara-perkara dunia saja. Maraknya perceraiaan dalam berhubungan dikalangan selebritis, bahkan ini juga sudah banyak ditiru dikalangan masyarakat bawah dan awam. Bahwa pernikahan itu tidak lagi menjadi perkara yang sungguh-sungguh melainkan sebagai perkara dunia yang bisa dimainkan menurut kesukaannya masing-masing.  

Dan juga pemahaman tentang Q.S. An-Nur ayat 26 ini yang di boomingkan keseluruh media sosial, sehingga banyak sekali para saudara dan saudari kita yang segera berbenah dan berhijah agar kasusnya tak sama dengan berita infotaiment di TV. Tentu kita berterimakasih kepada saudara-saudari kita yang telah menyadarkan dan melalui perkara itu banyak saudara-saudari yang ikut berhijrah. Semoga ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pelopornya dan menjadi pahala yang terus mengalir. Tentu sekarang tugas orang-orang yang telah belajar ilmu adalah mengingatkan kembali tentang Hadist niat, Karena akan sangat sayang bila sadara-saudari kita yang telah berhijrah tetapi masih dengan niat yang keliru. Setidaknya bunyi hadist itu seperti ini :
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Sumber: https://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html

Tentunya ini sangat umuum dan saya akan membicarakan menurut pemahaman saya, tetapi pengkajiannya tentu tidak secara tafsir harfiahnya karena saya sendiri tak cukup berilmudalam bahasa arab, saya batasi sekedar pemahaman terjemahannya saja.

Maka jika dikaitkan dengan fenomena hijrah saat ini, indah sekali Allah mengingatkan hamba-Nya. Allah, menunjukan niat terbaik dalam hijrah, " Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya". Ini berarti muara(alasan) akhir terbaik adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah teruskan, "barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya...". Kira-kira balasan apa bagi orang yang salah niatnya..? Jika kita mengumpamakan itu yang berkata kita, tentu kita akan mengatakan, " Pasti engkau termasuk orang-orang yang merugi atau siksaku amatlah keras atau  dll..". Tapi apa kata Allah atas kemaha murahan-Nya? "Maka hijrahnya kepada atau sesuai kemana ia hijrah".

Sepertinya saya cukupkan untuk penjabaran niatnya. Sekarang mari kita kembali membahas perkara jodoh. Dulu, sempat saya berfikir bahwa Allah menetapkan jodoh itu tak hanya satu, tapi ada beberapa. Kalau kita menjadi tidak mau berusaha dan menjadi orang yang begitu saja, maka jodohnya si A. Jika kita menjadi orang baik dan sukses, maka jodohnya si B, dan begitu seterusnya. Maka sempat terfikir bahwasannya, "dia nih harusnya jadi jodoh saya, tapi karena sayanya kurang berusaha Allah tidak memberikannya menjadi jodoh saya". Hal ini memungkinkan, adanya penyesalan ketika kita menyukai seseorang yang levelnya begitu tinggi diatas kita, dan ketika kita berusaha untuk mendapatkan hal tersebut, eh sudah dipinang orang lain terlebih dulu. Bukan perkara tidak boleh berambisi dalam hal keduniaan, tapi mari kita tinjau perkara efektifitas waktu yang kita gunakan di dunia.

Tentu hal diatas akan meninggalkan setidaknya penyesalan yang tidak sebentar, adapun yang sebentar, akan ada waktu, dikala ada celah kesempatan setan berbisik menimbulkan rasa sombong ataupun angkuh ketika orang yang dulu pernah kita harapkan sedang Allah uji dengan kondisi yang sulit(kemiskinan), maka akan sangat mungkin terbesit " coba kamu dulu nikahnya dengan saya ".. Hal ini tentu secara tidak langsung telah merusak Akidah seseorang, bahwasannya jodoh itu sudah ditetapkan, takdir itu sudah ditetapkan pula.

Jodoh menurut saya sekarang, adalah seseorang yang memang sudah ditetapkan secara tetap setetap-tetapnya. Yaitu namanya jelas, fulan dengan fulanah. kadang-kadang kita perlu curiga, ketika kita tiba-tiba ingin berhijrah dan terus menerus memperbaiki diri, padahal kondisi lingkungan tidak memungkinkan kala itu. Curiganya, barangkali orang yang telah ditetapkan bersama kita telah menetapi kebaikan dan berdoa agar segera bertemu. Inilah yang menurut saya lebih mungkin dikatakan penerjemahan dari Q.S. An-Nur ayat 26. "...Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."

Men-tag seseorang supaya menjadi jodoh kita misal dengan mengatakan kepada seseorang tentang keinginannya tersebut tetapi masih belum siap untuk segera mengkhitbah, adalah suatu hal yang tidak baik. Karena hal tersebut membuat seseorang berharap lebih pada urusan dunia.

Saya jadi terfikir sesuatu, kita boleh saja curiga kepada setiap orang, barangkali itu jodoh kita. Hal ini tentu tidak menyalahi etika cinta, karena hal ini merupakan usaha menjaga bahwa, jodoh adalah benar-benar rahasia Allah. Selain itu juga tidak mencintai seseorang karena orang itu, melainkan karena kebaikannya, sehingga cinta kita tidak berlandaskan sesuatu tataran dunia saja, melainkan iman yang mencintai kebaikan. Mungkin akan saya bahas tentang iman dan cinta pada tulisan selanjutnya.

Cukup ini saja pembahasan tentang jodoh, rewrite pemahaman jodoh yang harus dikejar. Karena jodoh adalah sebuah ketetapan yang sudah pasti, maka ketimbang sibuk memikirkan menjeput jodoh, sibukkan diri berkhidmat menjadi hamba yang taat, bersosial menyerukan kebaikan, menyuruh kepada yang haq dan mencegah kepada yang mungkar. Karena jodoh dan mati adalah perkara yang sudah tetap, lebih baiknya kita mempertahankan rasa was-was kita terhadap datang nya maut. Barangkali maut tidak sampai 1 hari kedepan. Dan juga, perkara curiga diatas dikhusukan untuk para single atau jomblo ya, kalau udah nikah, maka perhatian kita tentu harus terfokus memenuhi hak Allah, Agama, masyarakat, keluarga dan istri/suami(pasangan).

Billahi fii sabililhaq, fastabiqul khairat... 

0 komentar:

Jatuh Cinta Pada Lilin

Juni 17, 2017 0 Comments


Assalamualaikum warahmatullah,,,

Selamat bahagia untuk sahabatku semua, sahabat yang setia membaca tulisan usang dari seorang dengan cita-cita seluas-luasnya. Mungkin dua tulisan terakhirku yang membahas tentang rasa cukup banyak yang dikuras ya perasaannya, karena yang dibahas soal hati. hihihi, tidak apalah karena penulis memangnya suka baper(bawa perasaan). Toh kan rasa itu memang harus ada dalam setiap lini kehidupan yang kita jalani, tetapi jelas baper disini dalam hal yang meningkatkan ketakwaan kepada Allah ya.

Pada kesempatan atau tulisanku kali ini, penulis akan mengungkapkan sesuatu nih sahabat. Teruntuk sahabat semua yang merasa mendapat pesan dan menjadi maksud dari ungkapan ini, semoga Allah mengijinkan turunnya rahmat dan karunia melalui tulisan ini. Yuk, sepertinya tidak perlu banyak-banyak pengantar dari ungkapan yang akan saya tuliskan disini. So, simak baik-baik ya biar bisa memahami apa yang disampaikan penulis..

Ada sebuah ketertarikan yang sudah cukup lama dalam benak ini. Dulunya, saya gemar sekali memandangi bulan diteras rumah sambil merebahkan diri dan melantunkan bait-bait puisi serta renungan terhadap ciptaan yang luar biasa itu. Sesekali saya menyeka dalam hati, dan bertanya "Kesepian kah saya..?". Dikala itu aku hanyalah seorang yang penuh dengan angan-angan dan merasa paling pintar dalam beberapa hal namun tidak jarang merendahkan diri dihadapan dunia. Aku terlalu sering berkonsentrasi pada apa yang menjadi kekuranganku( maksudnya apa yang Allah tidak berikan padaku), sedang sebenarnya aku memiliki suatu yang amazing yang tidak dimiliki orang lain.

Salah satu yang menurutku lebih, adalah kemampuanku memahami pola. Namun pikiranku 7-5 tahun lalu adalah rupaku yang tidak lebih ganteng dari teman-teman yang lain. Selain itu juga tentang kecilnya kepercayaan diri ini terhadap gagasan-gagasan yang muncul begitu menakjubkan dikepala, tetapi tertawan rasa dan logika pesimistis.

Salah duanya, yaitu menjadi seorang laki-laki perasa yang menurutku peka dan memahami perasaan orang lain. Hal ini membuat hati ini mudah berempati terhadap kesedihan orang lain. Kedua hal tersebut membuatku tersita dalam perasaan yang kala itu belum aku pahami maksud dan maknanya. Salah satunya adalah kasus yang ku namai jatuh cintanya aku pada seorang perempuan yang pernah menjadi teman sekelasku. Nah, salah yang kedua menjadi sebab utama terhadap aku 3 tahun lalu. Seorang pemuda yang suka merenungi nasib ketimbang bergerak merubah nasib. Salah yang kesatu hanya bertanggungjawab terhadap ilmu keduniaan seperti sains dan matematika.

Tetapi tak terhindarkan dua salah yang menjadi kelebihanku itu bersatu membentuk suatu kemampuan yang ajaib. Keadaan dan kegemaranku waktu itu, membuatku terlalu sempat mengamati orang lain disekitar dan membentuk intuisi sendiri dalam menyimpulkan sesuatu. Kebiasaan ini yang bertanggung jawab atas mudahnya aku memperkirakan watak seseorang cukup dari memandang matanya dan mendengar bicaranya dalam beberapa detik saja. Dengan itu dapat memperkirakan watak terburuk dan terbaik dengan Asumsi wataknya berada diantara dua batasan tersebut. Tentu ini hanya perkiraan, tetapi kemungkinan melesetnya hanya persoalan faktor x yang memang tersembunyi.

Ungkapan diatas barulah  intro yang berkepanjangan, dengan maksud supaya sahabat-sahabat dapat mengerti sudut pandang saya. Selain, aku pernah mengaku mencintai orang dari masa kecil sampai sekitar kelas 2 SMA. Sampai ku sadari itu hanya masalah prinsip hidup dan pemahaman tentang persepsi. Nyatanya aku memiliki dan menyukai konsep hidup yang sederhana dan komitmen yang kuat. Jika sudah satu prinsip dipegang, maka hal itu dipertahankan semampunya. Dan untuk menggantinya, memerlukan alasan yang kuat dan memang mendesak.

Cukup untuk definisi tentang rasa-rasa dan prinsip hidup yang bersemayam dalam jiwaku ini. Aku, sedang jatuh cinta pada lilin di kegelapan. Sinarnya redup tapi menguning indah dan memancarkan kehangatan kesekililing-nya. Jika engkau melihatnya pada sudut yang tepat, maka akan terlihat indah mempesona. Ya, begitulah aku belajar saat ini. Aku tak seperti matahari yang sinarnya cerah dan selalu diharapkan orang-orang setiap harinya untuk menemani aktivitasnya. Aku juga tak seperti bulan yang cahayanya lembut menenangkan, memberikan kesejukan dan memberikan momen terindah pada mahluk-mahluk hidup yang berada dibawah pancaran sinarnya.

Pada lilinlah aku jatuh cinta saat ini. Ia kecil dan cahaya nya tak memancar seperti matahari ataupun bulan. Ia tidak diharapkan disiang hari maupun dimalam hari biasanya. Tapi iya menjadi sangat berarti ketika gelap malam yang tak ditemani oleh lampu. Ia menjadi penghias dalam sebuah momen romantis pertemuan dua kekasih yang sedang dikarunia cinta. Meskipun kecil, jika ia hidup diwaktu dan momen yang tepat, ia menjadi indah dan begitu bermanfaat. Meskipun nyalanya sementara, ia bisa menggantikan sejenak tugas lampu dan rembulan ketika mereka sedang beristirahat.

Aku jatuh cinta pada lilin kecil yang menyala dikegelapan. Nyalanya memancarkan sinar harapan dalam gelapnya malam. Seperti manusia yang kecil lagi lemah, memilih menyala dikegelapan hiruk pikuk dan fananya dunia, ia kecil dan memancarkan sinar harapan kepada orang yang mencari kebenaran. Meski sementara sinarnya, seperti manusia yang hidupnya pun singkat. Aku jatuh cinta pada lilin kecil yang menyala dalam sepertiga malam, ia menemani sujud seorang hamba yang berserah diri dan penuh harap kepada tuhan-nya, Allah SWT.
Aku jatuh cinta pada lilin kecil yang nyala senyumnya memberikan keterangan untuk kembali meniti jalan yang benar, ditengah bisingnya bisian dunia. Aku mencintai dua lilin kecil yang mendidikku dengan keikhlasan dan penuh harap, yang sinarnya menyalurkan kasih dan sayang dari pencipta-Nya, Allah SWT.

Lilin kecil, menyalalah pada kegelapan dan jadilah indah. Terangi jiwa-jiwa yang mencari kebenaran agar jelas jalan yang ia tempuh.

0 komentar:

Antara Malu dan Cemburu

Juni 14, 2017 0 Comments

Cemburu Pada Langit







adwan                

Pernah sesekali dapat cerita dari sahabat. Pada suatu kali sahabat ini pernah berjanji dengan seseorang dosen untuk berbicara perihal tugas akhir. Tugas akhir memanglah penting bagi seorang mahasiswa untuk menyudahi masa studi formalnya di tingkat sarjana. Pendek cerita, mereka berjanji bertemu di gedung jam 09.00 am, maka sahabat ini sebisa mungkin ke gedung sebelum jam 09.00 am, malahan 30 menit lebih awal. Namun juga tidak jarang ketika dia janjian dengan temennya, janjianya jam 10.00 am, tapi dia berangkat sudah jam 10.30 am. itupun katanya masih nunggu lama. Sebenarnya ini juga terjadi dengan penulis, karena beberapa hal yang sudah menjadi kebiasaan. Namun ketika penulis yang mengajak ketemuan sebisa mungkin datang sebelum atau setidaknya tepat pada waktu yang dijanjikan, kalupun tidak selalu mengabari kalau datang terlambat.

Hal ini dilakukan karena ada rasa malu yang ada pada diri manusia. Menurut KBBI malu/ma·lu/ a 1 merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya):. Lagi-lagi perkara malu adalah perkara yang berhubungan dengan hati. Tetapi saya akan membahasnya secara rasional tanpa melupakan dengan rasa-rasanya juga. 

Tidak sedikit yang mengatakan bahwa malu adalah suatu sifat atau karakter yang penting untuk berada didalam manusia. Salah satu dari kisah pemimpin yang terpuji karena sifat pemalunya, bahkan di puji oleh Rasulullah dan juga salah satu sahabat yang telah dijamin masuk surga, adalah Ustman Ibn Affan. Seorang sahabat mulia, kaya, juga pandai menjaga tali silaturahmi. Pernah suatu kali ketika Rasulullah sedang merendamkan kakinya didalam kolam dan Beliau menyisingkan celananya hingga terlihat dengkulnya, lalu ada sahabat yang datang. Adalah Abu Bakar RA yang pertama datang, kemudian Rasulullah mempersilahkan Abu Bakar untuk masuk. Selanjutnya, datang sahabat lagi dan beliau mempersilahkan masuk. Sampai pada saat yang datang Ustman Ibn Affan yang datang, maka beliau berdiri sejenak menurunkan celananya sebelum mempersilahkan Ustman masuk. Sahabatpun bertanya kepada Rasulullah, kira-kira seperti ini kata-katanya, " Ya rasul, kenapa ketika Ustman datang engkau menurunkan celanamu tetapi ketika kami tidak?", "Bagaimana aku tidak malu kepada Usman ibn Affan yang malaikatpun malu kepadanya."
*mungkin ada perbedaan redaksi dari sumbernya, jika ada perbedaan maka ikuti yang kuat sumbernya

Dari sedikit kisah diatas, betapa Rasulullah SAW begitu menjunjung tinggi rasa malu didalam akhlaknya. Mungkin ini cerita yang sudah cukup tinggi objeknya. Jadi untuk kita, cukup sulit untuk menerapkannya dan bisa saja beralasan "mereka kan sahabat yang sudah di jamin surganya, lah kita..?" Wajar seperti ini, maka dari itu saya ingin membahas rasa malu ini melalui sumbernya(hati) dan juga realitanya(pengalaman). 

Rasa malu ini paling mudah kita jumpai pada kehidupan ini adalah cerita yang pertama yaitu tentang dua sahabat yang berjanji dan juga seorang mahasiswa yang berjanji ketemuan dengan seorang dosen. Maka ketika sahabat ini berjanji dengan temannya, maka dia masih menimbang-nimbang untuk datang tepat waktu atau tidak sesuai karakter teman yang dia ajak janjian tersebut. Jika yang diajak janjian adalah tipikal orang tepat waktu, maka kalau sampai terlambat dari janji yang sudah disepakati ada rasa malu yang besar dari sahabat ini. Jika tidak, maka perlu ditanyakan bagaimana kondisi ahlaknya. Tetapi, ketika berjanji dengan dosen atau orang yang memiiki derajat lebih tinggi, sahabat ini akan datang lebih awal meskipun dosen yang diajak janjian datang terlambat jauh dari waktu yang telah disepakati. Kenapa demikian? Kita manusia cenderung menghormati yang lebih tua atau yang lebih hebat menurut pendapatnya masing-masing.

Malu mendorong kita melakukan sesuatu dengan lebih baik. Maka kita dapat menyadari beberapa dari rasa malu ini.

Sahabat, ada beberapa yang menjadi pemikiran saya tentang rasa malu ini. Tidakkah kita, terkhusus yang beragama islam, telah berucap dua kalimat syahadat. Terlebih lagi kita selalu berucap "iyyaaka na'budu wa-iyyaaka nasta'iinu" dalam surat Al-fatihah yang kurang lebih artinya "Hanya kepada Engkau kami berlindung dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan". Minimal bagi yang menjalankan kewajiban berucap itu sebanyak 17 kali. Tapi pernahkah kita merenungkan hal tersebut 

Bagaimana kalau kita melihatnya bagaimana Allah terhadap mahluk-Nya. Saya menemukan tulisan menarik tentang suatu rasa, yaitu cemburu. Cemburu ini juga suatu rasa masalah hati yang salah sebabnya karena cinta. Sama halnya dengan malu, cemburu timbul akibat adanya sikap melebihkan dan ingin dilebihkan dengan bumbu-bumbu pengharapan, sehingga ketika harapan itu diabaikan timbul rasa yang disebut cemburu. Bagaimana dengan Allah..? Yuk simak tulisan ini :

Cemburu merupakan refleksi dari perasaan cinta yang muncul ketika orang yang dicintai melakukan tindakan tidak sesuai. Tidak hanya terjadi pada manusia, ternyata Allah Azza Wajala juga cemburu kepada hamba-Nya. 

Bahkan dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa tidak seorang pun cemburu melebihi dari cemburunya  Allah. Jika manusia bisa begitu murka ketika terbakar cemburu, maka bagaimana dengan cemburunya sang maha pencipta ini? 

Manusia sejatinya harus memahami kecemburuan Allah SWT. Ini untuk menghindari kemurkaan karena manusia sudah terlalu jauh dari-Nya. Caranya adalah dengan  menghindari hal-hal yang membuat Allah SWT cemburu. Lantas apa saja tindakan tersebut? Berikut ulasannya.

Cemburu sebenarnya adalah fitrah manusia dan bukan merupakan sifat Allah yang berbeda dengan makhluk. Kata ini dalam hadist Rasulullah merupakan diksi untuk melukiskan sebuah ilustrasi rasa, kata indah  untuk mendeskripsikan sebuah suasana bahwasannya Dzat Maha Pencipta Allah Aza Wajala yang menggenggam Cinta atas hamba-Nya.

Salah satu yang membuat Allah SWT cemburu adalah ketika manusia berbuat sesuatu yang keji. Hal ini dijelaskan Nabi Muhammad dalam hadis riwayat Bukhari berikut ini. 

“Tidak ada sesuatu yang lebih cemburu selain Allah, karena itu Dia mengharamkan Segala macam kekejian.” (H.R Bukhari). 

Dalam riwayat lain, dari Aisyah Radiyallahu Anha dikisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah dalam sebuah khutbahnya begitu menggebu-gebu ketika menjelaskan tentang ini. Saat itu terjadi gerhana matahari, setelah shalat bersama sahabat, beliau saw berdiri dalam mimbar dan berpesan panjang, diakhir khutbah itu Rasulullah bersabda yang artinya: 

“…Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan”. (Shahih Muslim No.1499)

Rasulullah saw bersabda; “Tidak ada seorangpun yang lebih menyukai pujian daripada Allah maka oleh karena itulah Dia memuji Zat-Nya sendiri. Dan tidak seorangpun yang lebih cemburu daripada Allah maka karena itu Allah mengharamkan perbuatan keji” (Bukhari Muslim)


Cinta Allah lah yang sejatinya paling besar kepada hamba-hamba-Nya. Apa yang dicemburui Allah juga merupakan hal-hal yang menjaga kebaikan diri kita di dunia dan akhirat.

Sungguh indah tulisan ini, bagaimana sangkaan kita terhadap Allah harus selalu baik, menyikapi banyaknya Aturan yang Allah tetapkan kepada manusia adalah bentuk dari ke-Maha Pengansih dan ke-Maha Penyayangnya kepada mahluknya. Maka Allah juga memiliki nama yang Maha Malu.

"Sesungguhnya Allah Maha pemalu dan pemurah. Dia malu bila seorang lelaki mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa” (HR. Abu Daud: 1488 dan at-Tirmidzi: 3556 dan beliau mengatakan: hasan gharib. Dishahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud dan Shahih at-Tirmidzi).

Jadi, sifat malu dan cemburu bukanlah suatu hal yang tidak bak, melainkan suatu sifat yang murni muncul dari dalam nurani manusia sebagai refleksi dari penciptanya. Allah menganugrahkan rasa malu dan cemburu pada manusia agar kita paham bagaimana cemburu nya Allah ketika mahluk-Nya tidak lagi berserah diri dan memohon pada-Nya, dan Juga malu apabila tidakmemberi hamba-Nya apa-apa, ketika kita meminta pada-Nya.

Ya, begitulah indahnya. Maka aku cemburu kepada langit yang tidak pernah berbohong dan selalu patuh pada penciptanya, dan Malu pada langit karena tak bisa menjadi taat kepada Allah seperti langit, padahal Allah telah katakan bahwa manusia adalah sebaik-baiknya ciptaan Allah.

0 komentar:

IMM Menurut Perspektifku

Mei 31, 2017 0 Comments

IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)
Ada tiga kata yang membentuk dari nama IMM itu sendiri, yaitu Ikatan, Mahasiswa dan Muhammadiyah. Maka dalam perspektif saya, saya lebih suka mengartikannya dari kata muhammadiyah. Yang kita ketahui bahwa muhammadiyah ini adalah suatu lembaga/organisasi masyarakat yang berasaskan Al-Quran dan As-Sunnah. Maka sebelum kita memahami apa itu IMM maka kita sebelumnya harus paham terlebih dahulu apa itu Muhammadiyah. Karena inilah yang akan membedakan antara IMM dan OKP(Organisasi kemahasiswaan dan pemuda) lain. Hal penting yang perlu diketahui tentang Muhammadiyah itu sendiri adalah makna darinama Muhammadiyah itu sendiri. Jika makna dari muhammadiyah ini sendiri sudah dipahami, maka selanjutnya adalah memahami landasan berfikir pendiri Muhammadiyah itu sendiri, yaitu landasan berfikir dari K.H. Ahmad Dahlan dan tujuan dari dibentuknya Muhammadiyah itu sendiri. Maka hal-hal lain yang tidak melanggar asas dari organisasi tersebut dan sesuai atau menunang dari tujuan didirikannya organisasi tersebut maka itu boleh atau baik untuk dilakukan.

Selanjutnya yaitu kata mahasiswa. Mahasiswa adalah orang yang belajar diperguruan tinggi negri. Terkenal dengan keilmuannya, identik dengan intelektualnya. Karakter dari mahasiswa sendiri adalah karakter yang idealis, tidak terpaku pada kepentingan-kepentingan pribadi dan selalu berfikir yang masuk akal dan imajinatif. Kaya akan ide-ide yang kreatif meskipun kadang-kadang tidak rasional. Selain itu mahasiswa di kenal dengan budaya literatifnya dimana semua argumen yang disampakan harus jelas dari mana asalnya dan tidak atas dasar egoisme belaka. semua dipandang dari sudut yang luas namun tetap mempertahankan idealis dengan sedikit toleran saja.

Sedangkan jika dipandang dari arti ikatan, maka ada sesuatu yang menyatukan, mengumpulkan dan menghimpun sekelompo orang dalam satu deologi atau pemikiran. Maka pemikiran yang paling tepat dalam IMM adalah tujuan dari IMM sendiri. Ikatan ini juga atas dasar ukhuwah yang berarti setiap orang yang telah tergabung dalam IMM adalah keluar yang ibarat satu tubuh. Maka apabila ada satu yang sakit yang lain akan senantiasa berusaha menyembuhkan, dan apabila satu terluka maka akan terasa diseluruh bagian tubuh. Jika ikatan ini benar-benar merasuk kedalam kader-kadernya, niscaya tidak akan ada perdebatan yang ujungnya pada permusuhan. Ibarat tangan yang mencoba memukul kepalanya sendiri, maka suatu pergolakan dalam tubuh itu hanya akan menimbulkan kecacatan bukannya penyembuhan. Maksudnya, jika suatu pendapat dipertahankan namun itu mencerai beraikan ikatan, maka jiwa ikatan itu tidak masuk kedalam kader. Mereka seperti bagian tubuh yang terpotong-potong dan saling menyerang satu sama lain. Peristiwa seperti ini benar-benar melukai makna dari nilai ikatan. Maka seberapapun luka yang membekas, tetap harus dipahami kalau sudah berada dalam satu tubuh maka kader tetap bersaudara. Jika sudah dalam satu tauhid maka semua muslim adalah saudara.

Mungkin perumpamaan untuk ikatan itu seperti satu tubuh manusia. Misalkan kaki pernah menginjak paku yang tajam akibat mata yang lupa untuk memandang kebawah, maka meskipun bekas luka itu masih ada, ia akan tetap berjalan menopang tubuh dan tidak menyalahkan mata. Maka menyalahkan salah satu anggota badan akibat kecelakaan adalah menyalahi Qadarullah, agar selalu bersyukur dalam keadaan apapun. Itulah makna yang perlu dijunjung dalam jiwa IMM.

Maka IMM adalah suatu organisasi yang bejuang untuk melaksanakan dan mensyiarkan islam yang sebenar-benarnya melalui budaya intelektual dan kritis terhadap lingkungan sekitar dan kuat dalam kekeluargaan/ukhuwah islamiyah.

Selanjutnya mari sedikit memahami falsafah dari pendiri Muhammadiyah. Dimana, beliau mengatakan bahwa manusia di dunia itu seperti orang yang berada diatas sumur dan bergantung pada tali yang hampis putus, sedang dibawah sumur ada ular besar yang siap menyantap. Namun diatasnya ada madu yang lezat lagi menggoda. Maka perumpaan orang yang tertipu oleh kenikmatan dunia seperti orang yang sedang bergantung pada tali tersebut dan asik menjilati madu hingga sampai talinya putus, ia lupa untuk menyelamatkan dirinya. Maknanya sederhana, kita manusia hidup didunia hanya sekali sudah berbuat apa untuk bekal di akhirat nanti? maka apa yang diajarkan oleh beliau adalah segera banyak-banyak mengamalkan ilmu yang telah di dapatkannya supaya mendapat bekal sebanyak-banyaknya. Itulah kenapa, kader IMM harus banyak bertindak dari pada bicara. Juga tindakannya harus bedasarkan pada ilmu yang jelas dan sudah pasti benar, bukan sekedar bertindak tanpa tahu ada dasar dan tujuannya bertindak. Kader IMM harus banyak-banyak memimikirkan hal tersebut agar mudah tergerak hatinya untuk beramal mengumpulkan bekal untuk akhiratnya. Hal ini juga menunjukan betapa pentingnya nilai tauhid dalam hati setiap insan yang berada didalamnya. Niat karena Allah semata adalah yang ditekankan.

Seperti pesan KHA Dahlan untuk kader Muhammadiyah yaitu "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah". Pesan ini menunjukan bahwa kader harus ikhlas dalam menjalankan Muhammadiyah dan hanya berharap pahala dan ridho dari Allah SWT, bukan justru mencari kenikmatan dunia di Muhammadiyah.

0 komentar:

Merindukanmu Sederhana Saja,

Mei 30, 2017 0 Comments


Saat dedaunan yang jatuh tertiup angin, ia tak pernah marah pada angin yang berhembus meski rindu pada batang tempatnya tumbuh dulu. Namun sederhana saja, tak marah dan tak pernah banyak bersikap, karena takdir telah pasti padanya. Maka bagaimana rasanya Ali ketika cinta tumbuh pada seorang wanita mulia, anak dari pamannya sekaligus Rasulullah SAW, Fatimah RA. Ketika Ia masih menyimpan rindu, ada berita bahwa seorang sahabat mulia, sahabat terbaik melamar Fatimah. Alangkah perih hatinya, Kalau saja cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya tidak bertahta dihatinya.

Sedikit saja pengantar untuk tulisanku kali ini, sudah lama sekali tidak pernah mengupdate blog kesayangan ini. Maafkan penulis yang aktifitas kuliah dan organisasinya agak berantakan, sehingga tulisannyatidak tertuang kedalam blog tua ini *Aseegg. Karena penulis yang sedang merindukan seseorang, maka akan lebih seru sekali-kali saya membahas tentang rindu sendiri. Namun, untuk sahabat-sahabat nanti yang membaca siap-siap baper ya(bawa perasaan) karena kita akan berbicara soal rasa dan logika.

Menurut KBBI, arti rindu/rin·du/a 1 sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu: ia -- akan kemerdekaan; 2 memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu (hendak pulang ke kampung halaman). Jadi rindu itu suatu keinginan murni yang muncul didalam benak, mencuat kepermukaan untuk mendapatkan ataupun bertemu. Jika kita menamnbahinya menjadi merindukan, maka rindu menjadi kata kerja yang sedang terjadi. Didalam KBBI sendiri memiliki arti sendiri, yaitu : merindukan/me·rin·du·kan/ v 1 sangat menginginkan dan mengharapkan (hendak bertemu): dia ~ kekasihnya2 menaruh cinta kepada; 3membangkitkan rasa rindu:

Maka judul tulisan kali ini adalah mengena pada beberapa kemungkinan, yaitu menginginkan dan mengharapkan bertemu serta menaruh cinta kepada, sedang mengbangkitkan rasa rindu merupakan bahasan lain yang cukup menarik nantinya. Untuk yang pertama, merindukan dan mengharapkan ingin bertemu. Rindu seperti ini adalah rindu yang muncul kepada dua objek, lalu keduanya terpisah. Mungkin sederhananya, seperti sepasang kekasih yang terpisah jarak. Kita dapat melihat penyebabnya pada kasus ini, yaitu sebuah rasa yang hinggap dari kedua objek tersebut. Tetapi untuk sebuah kasus, seperti seseorang yang merindukan jodohnya atau seseorang yang tak pernah jumpa sekalipun, maka kita tahu bahwa makna dari suatu rindu itu bersebab. Dan sebab paling dasar dari munculnya rindu adalah cinta.

Cinta adalah kata yang tak pernah selesai bahasannya, yang tidak akan pernah hilang kapanpun adanya. Namun objeknya berbeda-beda tergantung dari orang yang memeliharanya. cinta sendiri bisa berupa kata sifat dan juga kerja. Namun kita tidak akan membahas cinta, karena ini akan panjang dan banyak sekali  definisinya.

Kembali kepembahasan awal, mengenai rindu yang paling mulia yaitu ketika Rasulullah  merindukan umatnya yang belum pernah ia temui, sampai-sampai menjelang wafatnya beliau berucap Umatku-umatku. Maka rindu seperti inilah yang mulia. Kalimat tersebut menunjukkan betapa cintanya beliau kepada umatnya. Maka rindu adalah buah dari cinta yang bercampur dengan hasrat lalu muncul kepermukaan memberikan rasa-rasa.

Pada arti yang kedua, ketika merindukan di artikan sebagai kerja menaruh cinta merupakan rindu yang hinggap pada orang yang baru mengenal rasa-rasa. Ia baru sekali mendapatkan cinta dalam benaknya, hingga timbul rasa rindu yang ia lakukan dalam bentuk nyata menjadi merindukan.

Sampai pada kesimpulannya, rindu adalah sebuah rasa dan keinginan yang sangat untuk bertemu dengan yang di cintainya ataupun pada sesuatu yang baru saja dicintainya. Maka sedikit aku ceritakan dalam tulisan ini tentang rindu yang menjumpai seseorang yang sering bercumbu dengan bulan. Ia jatuh cinta pada bulan yang bersinar di malam hari. Kala itu jiwa nya sedang mencari-cari apa yang ingin dia cintai, sampailah pada tanda tanyanya yang besar, sang rembulan begitu sejuknya seolah membalut jiwanya, mendekap dan menghangatkan. Maka ketika ia tahu, bahwa yang lebih memperhatikannya dalam kekuasaan yang luas, ia paham cinta itu pemberian yang telah hinggap pada tempat yang terlalu rendah.

Maka kerja yang berat untuk berpindah, terbang menuju ke langit yang lebih tinggi ketika sayapnya tak ia lebarkan dan kepakan, Dia hanya berjalan saja sedang ujung batang pohon tak sedikitpun menyentuh langit. Pada malam-malam tertentu, rindu itu hadir bagai mendung menghujani hati yang sedang kemarau, namun salah tertentu saat sifatnya sebagai mahluk yang bergerak, dingin kerap kali menyergap saat rindu menghujani.

Untuk dia yang kini kurindu, sajaknya panjang tak lagi kutulis. Karena cintaku tak bersemi pada taman hatimu, aku memilih layu diantara musim semi. Memilih menikmati sang rembulan yang tak kunjung turun menyapa. Menikmati indahnya cahaya dan gemerlapan bintang dari bumi yang berjauhan. Maka layunya ku masukan dalam bingkai doa, agar ia melebur dalam cahaya-cahaya karunia dan sampai pada frekuensi yang bersesuaian menjawab doa dalam tanya yang tak berkesudahan. Cinta yang berkesan yang hadir begitu saja, adalah anugrah yang benar tapi keliru kutempatkan, maka cinta yang aku bangun dalan pondasi amal dan kepercayaan akan menyangganya akan kembali tegak dalam fitrahnya yang suci dan dalam keberkahan yang nyata.

Seperti pada photo diatas, kerinduan itu sering kali menyergap kala saya sendiri dan menyisakan sedikit kegelisahan.

0 komentar:

Kisah Keluaga Kecil Di Desa

Februari 21, 2017 0 Comments

Alangkah indah pelajaran hari ini, Dari kampung tempat orang tuaku tinggal.
Masih pagi menjelang siang, Ada seorang ibu dan ketiga anaknya yang sedang dalam perjalanan ke sawah mampir ke warung ibu. Beliau membawa 1 kantong plastik beras seberat 1 Kg yang akan ditukarkan dengan jajan untuk anaknya. Beras itu dihargai Rp. 6.500,00.. Anak yang paling kecil langsung menunjuk susu botol seharga Rp. 3000,00.. sang ibu berusaha membujuk sang anak agar memilih yang lain karena takut 2 kakaknya nggak kebagian uang untuk jajan. Tapi tetap sang anak tidak goyah dan tetap memilih susu botol itu. Sang kakak hanya diam melihat adiknya yang sedang berdebat dengan ibunya. Sang adik menang dan ibu bertanya kepadaku, masih sisa berapa uangnya. alu ku jawab bahwa masih ada Rp.1500,00.. kala itu sang ibu sudah mengambil 1 buah kerupuk seharga Rp.2000,00. Setelah itu sang ibu menginstruksikan ke anak yang kedua untuk mengambil jajan dan sang kakak(anak kedua) mengambil permen gopek'an 1. sisa 1000 rupiahnya ditukar dengan keripik 500an dua. Sang kakak (anak pertama) tidak sedikitpun turun dari motor untuk ikut minta jajan, sepertinya dia sudah menerima apapun yang dibelikan atau numpang makan apa yang ibunya makan. dan saya tebak anak yang pertama masih duduk kelas 5 SD. Kalau untuk anak seumuran itu seharusnya ia juga ikut turun dan memilih jajan, tapi lihat sifat Nrimo nya itu sungguh luar biasa.

Dan dilihat dari ekspresi ibunya, terdapat rasa syukur masih bisa membelikan jajan, dalam arti itu merupakan kondisi yang cukup baik ketimbang hari-hari pada biasanya. Yang mungkin membelikan jajan anaknya bahkan untuk makan saja susah.

tiba-tiba saja hati ini gerimis dan basah. mengingat alangkah banyak nikmat yang diberikan kepada hamba tetapi hamba seringkali lupa merasa cukup dengan pemberian Allah bahkan kadang menggerutu. Bagaimana tidak, biasanya ketika di kosan seringali menyisakan nasi yang sudah dimasak,atau seringkali tidak puas dengan lauk yang dibuat ibu sehingga memilih makan diluar.

Ah, bukan berarti juga kita merasa cukup dengan apa yang telah kita memiliki sekarang. Kisah tadi adalah untuk mengingatkan betapa banyaknya nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, terutama perihal rezeki. Dan juga pesan agar kita senantiasa bersyukur atas apa yang telah kita usahakan meskipun mengecewakan. Ingat, kecewa itu karena ketidak sesuaian hasil dengan yang kita harapkan. Jika engkau tahu keseharian ibu itu, engkau akan berfikir ulang untuk mudah kecewa. Saya pernah juga melihat ibu itu memanjat pohon kelapa untuk memetik rezeki yang sekarang kaum lelaki pun ogah-ogahan untuk melakukan hal ini.

Ibu itu tetap saja melakukannya untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan anak-anaknya. Apalagi kita sebagai orang yang dikatakan sebagai penuntut ilmu yang uang pendidikan saja ditopang oleh beasiswa dan kerja keras orang tua. lalu pantaskah kita sombong dan terus merasa tidak puas, sampai-sampai kadang melakukan hal yang dibenci Allah padahal kita mampu untuk menghindarinya..?
Berbeda antara orang yang mencuri karena terdesak dan karena dalam keadaan lapang. Orang yang terdesak karena tidak memiliki apa-apa lagi sedang anak sudah menangis dirumah dan istri sudah berpuasa berhari-hari, karena ketidak pahamannya terhadap Ilmu ia akhirnya mencuri, dosa nya lebih mudah diampuni ketika ia sudah tahu dan bertobat. Ketimbang orang yang katanya dengan ilmu dengan penuh dengan kelapangan hidup, sedang ilmunya itu ia gunakan untuk mencuri.



Seperti halnya foto diatas, pada dasarnya semua diciptakan Allah itu indah, tetapi yang terlihat dimata kita itu relatif. Jika kita memandang pada saat dan sudut yang tepat, maka sesuatu yang biasa aan menjadi indah. Begitu juga kehidupan, jika kita memandang dari sudut pandang yang tepat maka kehidupan ini indah. Dan islamlah sudut pandang terbaik dalam menjalankan kehidupan.

semoga kisah ini memberikan memotivasi kita untuk senantiasa mengoreksi setiap perbuatan kita dan senantiasa membuat kita ingat untuk bersyukur dalam keadaan apapun asalkan itu menjauhkan kita dari perbuatan zalim..

0 komentar: