Dia [Sisi Lain Dalam Hidupku]
Siang itu cukup terik, tapi angin bergerak begitu lembut juga ranting pohon seperti ingin memayungi setiap mahluk hidup yang ada dibawahnya. Namun ada seorang laki-laki duduk termenung dipinggiran tanggul. Mukanya sedikit muram. Tapi sesaat kemudian cerah kembali namun tak lama kemudian kembali muram.
Ntah apa yang sedang dipikirkannya, aku hanya mengamati dari balik jendela gedung laboratorium 3 lantai, dan aku berada di lantai dua.
masih di waktu yang sama, sudah lebih dari setengah jam aku beberapa kali mengecek keluar jendela, laki-laki itu masih saja berada disana termenung, sesaat muram sesaat kemudian mukanya cerah.
Mungkin saja dia sedang kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya, saat muramnya mungkin sebuah sesalnya kenapa harus kehilangan dan saat cerahnya mungkin dia sadar bahwa Allah senantiasa berada bersamanya. Namun hatinya belum bisa sepenuhnya bisa menerima.
Dalam beberapa hal, memang tak sederhana menerima kehendak jika harapan itu belum bisa gantungkan sepenuhnya kepada yang Maha Berkehendak. Ia butuh waktu untuk kembali menguatkan tauhidnya.
Aku jadi mengingat perkataan bijak dari seorang pemimpin umat ini "Aku sudah pernah merasakan begitu banyak kepahitan, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia".
Entah bagaimana aku begitu mudah merelakan hal lain yang menurut orang lain begitu penting tapi tidak untuk yang satu ini. Agaknya, Allah berkehendak lain yang lebih baik, teatapi hati ini tak kunjung mau keluar rumah karena derasnya hujan diluar. Ia nya lupa membawa payung dan juga enggan berteduh padahal sama saja, bangunan itu tanpa atap.
huuufffttt... Aku menghela nafas, ragaku memang sedang beraktifitas disini, tapi rasaku tak kunjung bergerak dan termenung ditepian sana. Ah, sudahlah. Kehidupan akan tetap berjalan tanpa menunggumu kembali baik dengan rasamu. Biarkanlah ia sejenak sampai ia menemukan lagi jalannya. Amalmu tetap kerjakan..
0 komentar: