Menulislah Jika Kamu Masih Berfikir

Februari 27, 2019 , 0 Comments



Sejak remaja ada keinginan untuk menulis, yang paling seru adalah dapat menulis buku best seller. Dimulai dari membuat buku diari dengan gaya bahasa yang sangat acak-acakan. dari yang nggak berjudul sampai akhirnya punya judul. Juga suka nulis di media sosial. Meski tak panjang narasinya, tapi bisa dibilang lumayan untuk sekedar memenuhi beranda facebook. Belum lagi sekarang juga ditambah dengan banyaknya media sosial yang digunakan. Menulis mulai dari puisi puisi kosong sampai tulisan sindiran. Tetapi yang selalu menjadi topik dalam tulisan adalah masalah hati.

Bahkan untuk cerita yang aku tulis di wattpad dengan genre cinta juga soal perasaan. Baru sampai 5 judul udah mandek. Pengalaman sih, nulis saat ini baru digunakan untuk menumpahkan perasaan atau curhatan yang tak sampai. Karena belum punya teman curhat yang bener-bener bisa lepas kalau cerita, maka ya hobinya nulis, meski sebenarnya curhat. Tetapi bukankah asik kalau nantinya curhatan kita dapat membantu orang dalam menyelesaikan masalahnya. Yang bermasalah adalah kalau tulisan kita malah menjadi sumber masalah. karena dulu pernah sukanya nyindir orang lewat tulisan. Meski kalau ketemu langsung tak pernah menampakkan wajah kesal, suka, sedih, bahagia, tapi dengan tulisan semua bisa dibuat dramatis, dan anehnya orang berempati.

Sempat muncul anggapan, bahwa dengan tulisan kita dapat merekayasa kenyataan. Kisah bahagia dibuat sedih, kisah sedih dibuat bahagia. Semuanya bisa dimanipulasi. Juga dalam tulisan kita dapat menyampaikan gagasan, ntah nanti diterima oleh para pembaca atau tidak, tetapi setidaknya dengan menulis kita dapat menyampaikan pendapat kita dan dapat menuangkan gagasan pikiran pada sebuah kertas atau terpaan dibalik layar digital.

Bagi orang yang berfikir, dua bentuk tuangan dari pikiran adalah tindakan dan tulisan. Saya yakin bahwa orang yang masih waras tidak pernah berhenti berfikir, karena darah juga tak pernah berhenti mengalir ke otak. JIka saja otak berhenti berfikir dan darah berhenti mengalir ke otak, maka manusia tersebut mati atau sama dengan mati. Berfikir juga ada yang waras dan juga yang edan. Karena ada saja orang yang berfikir bagaimana cara untuk menentang tuhan.

Yang jelas, bagi orang yang berfikir harusnya ia bisa menulis dan menuangkan gagasannya. Jika ia tidak bisa menjadi pelaksana, setidaknya gagasannya akan ada yang memakainya nanti dan akan dilaksanakan oleh generasi yang siap dan pantas melaksanakannya. Dan tentu dengan menulis dan menciptakan karya kita bisa merekayasa peradaban. Pilihannya adalah membentuk peradapan yang bagaimana? apakah peradaban yang kembali kepada Allah dengan wajah berbinar atau malah dengan wajah yang diseret ditanah karena malu akan ketersesatannya.

#BerangkatDariIman
#Bagian1

0 komentar: