Yang Ku Khawatirkan adalah Aku Berani Mencintaimu

Oktober 16, 2018 , , 0 Comments


Yang Ku Khawatirkan adalah aku berani mencintaimu tetapi tak bisa mengikhlaskanmu.

Setiap detik yang Allah berikan kepada kita, selaku mahluk ciptaannya adalah sebuah anugrah yang wajib kita syukuri. Karena selama kita masih hidup, maka kesempatan untuk bertaubat selalu terbuka seluas-luasnya. Dalam Al-Quran - pun di kisahkan, bahwa penghuni alam barzakh banyak yang menyesal, ketika ia sudah tak punya lagi waktu sepersekian detik saja di dunia. Bahkan mereka meminta dan memohon kepada Allah agar memberikan mereka waktu sebentar saja untuk kembali ke dunia hanya untuk 1 hal, yaitu beramal.

Wahai sahabat-sahabatku, jika kalian pernah berduka akan sesuatu, maka aku juga. Tahukah kawanku, duka itu hadir saat ada kecintaan pada apa yang kita dukakan. Misalnya, kepergian kedua orang tua kita. Siapa yang tak mencintai kedua orang tuanya, yang mereka berdua telah banyak berkorban, baik harta dan jiwa. Terutama kedua ibu kita. Meski kenyataannya, ada seorang ibu yang teramat benci dengan kelahiran anaknya atau sebaliknya anak benci karena lahir dari ibu. Tapi tentu itu di luar dari keumuman. Maka wajar disebut berduka saat sang ibu di panggil oleh Allah untuk kembali menghadap Allah dengan segala tanggungjawabnya. Siap yang tak bersedih saat kehilangan apa yang seorang cintai.

Di lain cerita, maka kita sering mendengar kisah cinta sepasang kekasih yang saling mencintai. Salah satu kisah novel yang cukup menggambarkan arti duka kehilangan yang ia cintai, jika saya boleh mengutip adalah kisah cinta antara zainudin dan hayati dalam tenggelamnya kapal van der wijk. Seorang pemuda yatim piatu, yang krisi status dimasyarakat yang kala itu kental dengan adat dan istiadat orang sumatra. Bertemu dengan seorang Hayati, perempuan cantik nang menawan dan berstatus tinggi. Namun, takdir memaksanya lain, bahwa hayati bukanlah jodoh seorang zainuddin, perjodohan dan yang lainnya memaksa mereka berpisah. Betapa nestapa nya sang Zainuddin yang waktu itu merasa memiliki cahayanya, yaitu hayati namun cahayanya di rebut oleh orang lain. Maka ia merasa gelap dan tak lagi tahu kemana ia harus berjalan. Maka satu yang menyelamatkannya, adalah keyakinannya terhadap agamanya dan bahwa ia masih diberi waktu di dunia. Dan harga dirinya sebagai mahluk, mengantarkannya untuk tetap hidup karena dengan atau tanpa hayati, kehidupan akan tetap berjalan. Meski kisahnya masih panjang, tapi kita tahu, bahwa duka Zainudin ternyata tak pernah habis, hatinya telah tertawan cinta, dan sampai akhir hayatnya, ia mengaku cahayanya ada satu, Hayati.

Kau tahu Sahabat, kita semua tentu punya jiwa yang di dalamnya ada suatu ruang yang terletak iman juga cinta. Kita tinggalkan dulu pembahasan perkara cinta secara mendalam, kali ini kita membiarkan rasa itu berbicara menurut pandangan kebanyakan orang pada umumnya. Selama ini, tentu aku sendiri pernah menamakan suatu rasa. Mungkin saja itu kunamakan cinta, atau sekedar perasaan suka.

Sederhana saja, saat rasa itu muncul dan membawamu melakukan sesuatu yang awalnya mustahil kamu lakukan, atau paling tidak sangat sulit untuk kamu lakukan. Maka berhati-hatilah, karena cinta hadir di dalam dirimu. Cinta membuat dapat melakukan banyak hal, membuat pantang menyerah hanya karena adanya segurat harapan yang berkaitan dengan yang sedang kau cinta. Celakanya, cinta itu berlabuh pada suatu yang fana. Dan saat yang fana itu menunjukan sifat aslinya dan kita kehilangan, maka duka datang menyapa.

Dan aku pernah mendapat pengalaman itu, katakanlah aku pernah jatuh cinta kepada seorang wanita, yang ternyata Allah berkata lain bahwa wanita itu bukanlah jodohku. Dan saat hal itu terjadi, aku benar-benar tak mau duka itu datang karena hilangnya cinta, dalam garis tipisnya adalah harapan. Tapi tentu, seorang laki-laki memiliki harga diri tinggi, dan aku yakin bahwa kehidupan akan terus berjalan tanpa menunggumu berhenti bersedih, tanpa menunggumu berhenti berduka. Dan aku tahu, bahwa waktu juga tidak akan pernah kompromi meski aku meminta di tunda sesaat saja.

Dan lihatlah, kehidupanku terus berjalan sekarang, aku tidak berduka sedikitpun, dan juga tidak kehilangan sedikitpun. Karena aku percaya bahwa apa yang Allah telah takdirkan untukku, maka itu akan menjadi milikku, dan apa yang Allah takdirkan bukan untuukku maka tak akan sedikitpun akan menjadi milikku. Tentu semua selesai sampai disini, tapi satu hal yang aku khawatirkan, yaitu aku berani mencintaimu tapi tak berani mengikhlaskan dirimu. Karena bila demikian yang terjadi, maka aku telah mewakafkan hatiku dalam jurang duka dan nestapa yang kapan saja akan menyerang dan menolak kebahagiaan datang bercengkrama.

Sahabatku, kenalilah dirimu. Jika kau kenali dirimu maka akan kau kenali cintamu. Jika sudah keduanya, ajaklah hatimu untuk sering berkunjung dalam cahaya Allah, agar cinta hanya akan jatuh pada keimanan dan keagungan Allah, bukan pada mahluk dan kefanaan belaka.

0 komentar: