Berbicara Jodoh

Juli 12, 2017 0 Comments

Rewrite Jodoh,

Belakangan ini, kepala kayaknya agak banyak kepikiran sesuatu. Ditambah dengan ramainya orang di media sosial dengan hari patah hati nasional atau bahkan internasional. Status isinya itu-itu semua, bahkanlah banyak bener yang manfaatin moment show up. Aduuuhhh,, makin pusing saja deh dengan realita yang terjadi di media sosial Indonesia. Seperti terbukti gitu, kebanyakan penggunna media sosial sekarang itu isinya orang baper semua.hehehe. termasuk yang nulis berarti.?

So, ada beberapa buah pemikiran dan pemahaman baru dikepala ini yang sedang di rewrite atau di tulis ulang, karena pemahaman lama udah kabur. Salah satunya tentang jodoh. Tentunya, paham dasar nya tetap tidak berubah, bahwasannya Jodoh setiap orang itu sudah ditetapkan oleh Allah SWT. sejak kita dilahirkan didunia, seperti halnya rezeki dan mati. Namun seperti apa jodoh kita, bagaimana pertemuannya, bagaimana kaitan pemahamannya dengan Q.S. An-Nur ayat 26..?

Yang terjadi sekarang, banyak sekali orang yang hijrah atau setidaknya merubah sikapnya untuk bersikap dan berpenampilan baik karena atau supaya mendapat jodoh yang baik pula. Hal ini karena merebaknya kasus-kasus KDRT ataupun berita dimedia tentang ketidak harmonisan keluarga publik figure yang landasan pernikahan hanya sekedar saling suka dan perkara-perkara dunia saja. Maraknya perceraiaan dalam berhubungan dikalangan selebritis, bahkan ini juga sudah banyak ditiru dikalangan masyarakat bawah dan awam. Bahwa pernikahan itu tidak lagi menjadi perkara yang sungguh-sungguh melainkan sebagai perkara dunia yang bisa dimainkan menurut kesukaannya masing-masing.  

Dan juga pemahaman tentang Q.S. An-Nur ayat 26 ini yang di boomingkan keseluruh media sosial, sehingga banyak sekali para saudara dan saudari kita yang segera berbenah dan berhijah agar kasusnya tak sama dengan berita infotaiment di TV. Tentu kita berterimakasih kepada saudara-saudari kita yang telah menyadarkan dan melalui perkara itu banyak saudara-saudari yang ikut berhijrah. Semoga ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pelopornya dan menjadi pahala yang terus mengalir. Tentu sekarang tugas orang-orang yang telah belajar ilmu adalah mengingatkan kembali tentang Hadist niat, Karena akan sangat sayang bila sadara-saudari kita yang telah berhijrah tetapi masih dengan niat yang keliru. Setidaknya bunyi hadist itu seperti ini :
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Sumber: https://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html

Tentunya ini sangat umuum dan saya akan membicarakan menurut pemahaman saya, tetapi pengkajiannya tentu tidak secara tafsir harfiahnya karena saya sendiri tak cukup berilmudalam bahasa arab, saya batasi sekedar pemahaman terjemahannya saja.

Maka jika dikaitkan dengan fenomena hijrah saat ini, indah sekali Allah mengingatkan hamba-Nya. Allah, menunjukan niat terbaik dalam hijrah, " Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya". Ini berarti muara(alasan) akhir terbaik adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah teruskan, "barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya...". Kira-kira balasan apa bagi orang yang salah niatnya..? Jika kita mengumpamakan itu yang berkata kita, tentu kita akan mengatakan, " Pasti engkau termasuk orang-orang yang merugi atau siksaku amatlah keras atau  dll..". Tapi apa kata Allah atas kemaha murahan-Nya? "Maka hijrahnya kepada atau sesuai kemana ia hijrah".

Sepertinya saya cukupkan untuk penjabaran niatnya. Sekarang mari kita kembali membahas perkara jodoh. Dulu, sempat saya berfikir bahwa Allah menetapkan jodoh itu tak hanya satu, tapi ada beberapa. Kalau kita menjadi tidak mau berusaha dan menjadi orang yang begitu saja, maka jodohnya si A. Jika kita menjadi orang baik dan sukses, maka jodohnya si B, dan begitu seterusnya. Maka sempat terfikir bahwasannya, "dia nih harusnya jadi jodoh saya, tapi karena sayanya kurang berusaha Allah tidak memberikannya menjadi jodoh saya". Hal ini memungkinkan, adanya penyesalan ketika kita menyukai seseorang yang levelnya begitu tinggi diatas kita, dan ketika kita berusaha untuk mendapatkan hal tersebut, eh sudah dipinang orang lain terlebih dulu. Bukan perkara tidak boleh berambisi dalam hal keduniaan, tapi mari kita tinjau perkara efektifitas waktu yang kita gunakan di dunia.

Tentu hal diatas akan meninggalkan setidaknya penyesalan yang tidak sebentar, adapun yang sebentar, akan ada waktu, dikala ada celah kesempatan setan berbisik menimbulkan rasa sombong ataupun angkuh ketika orang yang dulu pernah kita harapkan sedang Allah uji dengan kondisi yang sulit(kemiskinan), maka akan sangat mungkin terbesit " coba kamu dulu nikahnya dengan saya ".. Hal ini tentu secara tidak langsung telah merusak Akidah seseorang, bahwasannya jodoh itu sudah ditetapkan, takdir itu sudah ditetapkan pula.

Jodoh menurut saya sekarang, adalah seseorang yang memang sudah ditetapkan secara tetap setetap-tetapnya. Yaitu namanya jelas, fulan dengan fulanah. kadang-kadang kita perlu curiga, ketika kita tiba-tiba ingin berhijrah dan terus menerus memperbaiki diri, padahal kondisi lingkungan tidak memungkinkan kala itu. Curiganya, barangkali orang yang telah ditetapkan bersama kita telah menetapi kebaikan dan berdoa agar segera bertemu. Inilah yang menurut saya lebih mungkin dikatakan penerjemahan dari Q.S. An-Nur ayat 26. "...Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."

Men-tag seseorang supaya menjadi jodoh kita misal dengan mengatakan kepada seseorang tentang keinginannya tersebut tetapi masih belum siap untuk segera mengkhitbah, adalah suatu hal yang tidak baik. Karena hal tersebut membuat seseorang berharap lebih pada urusan dunia.

Saya jadi terfikir sesuatu, kita boleh saja curiga kepada setiap orang, barangkali itu jodoh kita. Hal ini tentu tidak menyalahi etika cinta, karena hal ini merupakan usaha menjaga bahwa, jodoh adalah benar-benar rahasia Allah. Selain itu juga tidak mencintai seseorang karena orang itu, melainkan karena kebaikannya, sehingga cinta kita tidak berlandaskan sesuatu tataran dunia saja, melainkan iman yang mencintai kebaikan. Mungkin akan saya bahas tentang iman dan cinta pada tulisan selanjutnya.

Cukup ini saja pembahasan tentang jodoh, rewrite pemahaman jodoh yang harus dikejar. Karena jodoh adalah sebuah ketetapan yang sudah pasti, maka ketimbang sibuk memikirkan menjeput jodoh, sibukkan diri berkhidmat menjadi hamba yang taat, bersosial menyerukan kebaikan, menyuruh kepada yang haq dan mencegah kepada yang mungkar. Karena jodoh dan mati adalah perkara yang sudah tetap, lebih baiknya kita mempertahankan rasa was-was kita terhadap datang nya maut. Barangkali maut tidak sampai 1 hari kedepan. Dan juga, perkara curiga diatas dikhusukan untuk para single atau jomblo ya, kalau udah nikah, maka perhatian kita tentu harus terfokus memenuhi hak Allah, Agama, masyarakat, keluarga dan istri/suami(pasangan).

Billahi fii sabililhaq, fastabiqul khairat... 

0 komentar: