Jatuh Cinta Pada Lilin
Assalamualaikum warahmatullah,,,
Selamat bahagia untuk sahabatku semua, sahabat yang setia membaca tulisan usang dari seorang dengan cita-cita seluas-luasnya. Mungkin dua tulisan terakhirku yang membahas tentang rasa cukup banyak yang dikuras ya perasaannya, karena yang dibahas soal hati. hihihi, tidak apalah karena penulis memangnya suka baper(bawa perasaan). Toh kan rasa itu memang harus ada dalam setiap lini kehidupan yang kita jalani, tetapi jelas baper disini dalam hal yang meningkatkan ketakwaan kepada Allah ya.
Pada kesempatan atau tulisanku kali ini, penulis akan mengungkapkan sesuatu nih sahabat. Teruntuk sahabat semua yang merasa mendapat pesan dan menjadi maksud dari ungkapan ini, semoga Allah mengijinkan turunnya rahmat dan karunia melalui tulisan ini. Yuk, sepertinya tidak perlu banyak-banyak pengantar dari ungkapan yang akan saya tuliskan disini. So, simak baik-baik ya biar bisa memahami apa yang disampaikan penulis..
Ada sebuah ketertarikan yang sudah cukup lama dalam benak ini. Dulunya, saya gemar sekali memandangi bulan diteras rumah sambil merebahkan diri dan melantunkan bait-bait puisi serta renungan terhadap ciptaan yang luar biasa itu. Sesekali saya menyeka dalam hati, dan bertanya "Kesepian kah saya..?". Dikala itu aku hanyalah seorang yang penuh dengan angan-angan dan merasa paling pintar dalam beberapa hal namun tidak jarang merendahkan diri dihadapan dunia. Aku terlalu sering berkonsentrasi pada apa yang menjadi kekuranganku( maksudnya apa yang Allah tidak berikan padaku), sedang sebenarnya aku memiliki suatu yang amazing yang tidak dimiliki orang lain.
Salah satu yang menurutku lebih, adalah kemampuanku memahami pola. Namun pikiranku 7-5 tahun lalu adalah rupaku yang tidak lebih ganteng dari teman-teman yang lain. Selain itu juga tentang kecilnya kepercayaan diri ini terhadap gagasan-gagasan yang muncul begitu menakjubkan dikepala, tetapi tertawan rasa dan logika pesimistis.
Salah duanya, yaitu menjadi seorang laki-laki perasa yang menurutku peka dan memahami perasaan orang lain. Hal ini membuat hati ini mudah berempati terhadap kesedihan orang lain. Kedua hal tersebut membuatku tersita dalam perasaan yang kala itu belum aku pahami maksud dan maknanya. Salah satunya adalah kasus yang ku namai jatuh cintanya aku pada seorang perempuan yang pernah menjadi teman sekelasku. Nah, salah yang kedua menjadi sebab utama terhadap aku 3 tahun lalu. Seorang pemuda yang suka merenungi nasib ketimbang bergerak merubah nasib. Salah yang kesatu hanya bertanggungjawab terhadap ilmu keduniaan seperti sains dan matematika.
Tetapi tak terhindarkan dua salah yang menjadi kelebihanku itu bersatu membentuk suatu kemampuan yang ajaib. Keadaan dan kegemaranku waktu itu, membuatku terlalu sempat mengamati orang lain disekitar dan membentuk intuisi sendiri dalam menyimpulkan sesuatu. Kebiasaan ini yang bertanggung jawab atas mudahnya aku memperkirakan watak seseorang cukup dari memandang matanya dan mendengar bicaranya dalam beberapa detik saja. Dengan itu dapat memperkirakan watak terburuk dan terbaik dengan Asumsi wataknya berada diantara dua batasan tersebut. Tentu ini hanya perkiraan, tetapi kemungkinan melesetnya hanya persoalan faktor x yang memang tersembunyi.
Ungkapan diatas barulah intro yang berkepanjangan, dengan maksud supaya sahabat-sahabat dapat mengerti sudut pandang saya. Selain, aku pernah mengaku mencintai orang dari masa kecil sampai sekitar kelas 2 SMA. Sampai ku sadari itu hanya masalah prinsip hidup dan pemahaman tentang persepsi. Nyatanya aku memiliki dan menyukai konsep hidup yang sederhana dan komitmen yang kuat. Jika sudah satu prinsip dipegang, maka hal itu dipertahankan semampunya. Dan untuk menggantinya, memerlukan alasan yang kuat dan memang mendesak.
Cukup untuk definisi tentang rasa-rasa dan prinsip hidup yang bersemayam dalam jiwaku ini. Aku, sedang jatuh cinta pada lilin di kegelapan. Sinarnya redup tapi menguning indah dan memancarkan kehangatan kesekililing-nya. Jika engkau melihatnya pada sudut yang tepat, maka akan terlihat indah mempesona. Ya, begitulah aku belajar saat ini. Aku tak seperti matahari yang sinarnya cerah dan selalu diharapkan orang-orang setiap harinya untuk menemani aktivitasnya. Aku juga tak seperti bulan yang cahayanya lembut menenangkan, memberikan kesejukan dan memberikan momen terindah pada mahluk-mahluk hidup yang berada dibawah pancaran sinarnya.
Pada lilinlah aku jatuh cinta saat ini. Ia kecil dan cahaya nya tak memancar seperti matahari ataupun bulan. Ia tidak diharapkan disiang hari maupun dimalam hari biasanya. Tapi iya menjadi sangat berarti ketika gelap malam yang tak ditemani oleh lampu. Ia menjadi penghias dalam sebuah momen romantis pertemuan dua kekasih yang sedang dikarunia cinta. Meskipun kecil, jika ia hidup diwaktu dan momen yang tepat, ia menjadi indah dan begitu bermanfaat. Meskipun nyalanya sementara, ia bisa menggantikan sejenak tugas lampu dan rembulan ketika mereka sedang beristirahat.
Aku jatuh cinta pada lilin kecil yang menyala dikegelapan. Nyalanya memancarkan sinar harapan dalam gelapnya malam. Seperti manusia yang kecil lagi lemah, memilih menyala dikegelapan hiruk pikuk dan fananya dunia, ia kecil dan memancarkan sinar harapan kepada orang yang mencari kebenaran. Meski sementara sinarnya, seperti manusia yang hidupnya pun singkat. Aku jatuh cinta pada lilin kecil yang menyala dalam sepertiga malam, ia menemani sujud seorang hamba yang berserah diri dan penuh harap kepada tuhan-nya, Allah SWT.
Aku jatuh cinta pada lilin kecil yang nyala senyumnya memberikan keterangan untuk kembali meniti jalan yang benar, ditengah bisingnya bisian dunia. Aku mencintai dua lilin kecil yang mendidikku dengan keikhlasan dan penuh harap, yang sinarnya menyalurkan kasih dan sayang dari pencipta-Nya, Allah SWT.
Lilin kecil, menyalalah pada kegelapan dan jadilah indah. Terangi jiwa-jiwa yang mencari kebenaran agar jelas jalan yang ia tempuh.
0 komentar: