Kisah Keluaga Kecil Di Desa

Februari 21, 2017 0 Comments

Alangkah indah pelajaran hari ini, Dari kampung tempat orang tuaku tinggal.
Masih pagi menjelang siang, Ada seorang ibu dan ketiga anaknya yang sedang dalam perjalanan ke sawah mampir ke warung ibu. Beliau membawa 1 kantong plastik beras seberat 1 Kg yang akan ditukarkan dengan jajan untuk anaknya. Beras itu dihargai Rp. 6.500,00.. Anak yang paling kecil langsung menunjuk susu botol seharga Rp. 3000,00.. sang ibu berusaha membujuk sang anak agar memilih yang lain karena takut 2 kakaknya nggak kebagian uang untuk jajan. Tapi tetap sang anak tidak goyah dan tetap memilih susu botol itu. Sang kakak hanya diam melihat adiknya yang sedang berdebat dengan ibunya. Sang adik menang dan ibu bertanya kepadaku, masih sisa berapa uangnya. alu ku jawab bahwa masih ada Rp.1500,00.. kala itu sang ibu sudah mengambil 1 buah kerupuk seharga Rp.2000,00. Setelah itu sang ibu menginstruksikan ke anak yang kedua untuk mengambil jajan dan sang kakak(anak kedua) mengambil permen gopek'an 1. sisa 1000 rupiahnya ditukar dengan keripik 500an dua. Sang kakak (anak pertama) tidak sedikitpun turun dari motor untuk ikut minta jajan, sepertinya dia sudah menerima apapun yang dibelikan atau numpang makan apa yang ibunya makan. dan saya tebak anak yang pertama masih duduk kelas 5 SD. Kalau untuk anak seumuran itu seharusnya ia juga ikut turun dan memilih jajan, tapi lihat sifat Nrimo nya itu sungguh luar biasa.

Dan dilihat dari ekspresi ibunya, terdapat rasa syukur masih bisa membelikan jajan, dalam arti itu merupakan kondisi yang cukup baik ketimbang hari-hari pada biasanya. Yang mungkin membelikan jajan anaknya bahkan untuk makan saja susah.

tiba-tiba saja hati ini gerimis dan basah. mengingat alangkah banyak nikmat yang diberikan kepada hamba tetapi hamba seringkali lupa merasa cukup dengan pemberian Allah bahkan kadang menggerutu. Bagaimana tidak, biasanya ketika di kosan seringali menyisakan nasi yang sudah dimasak,atau seringkali tidak puas dengan lauk yang dibuat ibu sehingga memilih makan diluar.

Ah, bukan berarti juga kita merasa cukup dengan apa yang telah kita memiliki sekarang. Kisah tadi adalah untuk mengingatkan betapa banyaknya nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, terutama perihal rezeki. Dan juga pesan agar kita senantiasa bersyukur atas apa yang telah kita usahakan meskipun mengecewakan. Ingat, kecewa itu karena ketidak sesuaian hasil dengan yang kita harapkan. Jika engkau tahu keseharian ibu itu, engkau akan berfikir ulang untuk mudah kecewa. Saya pernah juga melihat ibu itu memanjat pohon kelapa untuk memetik rezeki yang sekarang kaum lelaki pun ogah-ogahan untuk melakukan hal ini.

Ibu itu tetap saja melakukannya untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan anak-anaknya. Apalagi kita sebagai orang yang dikatakan sebagai penuntut ilmu yang uang pendidikan saja ditopang oleh beasiswa dan kerja keras orang tua. lalu pantaskah kita sombong dan terus merasa tidak puas, sampai-sampai kadang melakukan hal yang dibenci Allah padahal kita mampu untuk menghindarinya..?
Berbeda antara orang yang mencuri karena terdesak dan karena dalam keadaan lapang. Orang yang terdesak karena tidak memiliki apa-apa lagi sedang anak sudah menangis dirumah dan istri sudah berpuasa berhari-hari, karena ketidak pahamannya terhadap Ilmu ia akhirnya mencuri, dosa nya lebih mudah diampuni ketika ia sudah tahu dan bertobat. Ketimbang orang yang katanya dengan ilmu dengan penuh dengan kelapangan hidup, sedang ilmunya itu ia gunakan untuk mencuri.



Seperti halnya foto diatas, pada dasarnya semua diciptakan Allah itu indah, tetapi yang terlihat dimata kita itu relatif. Jika kita memandang pada saat dan sudut yang tepat, maka sesuatu yang biasa aan menjadi indah. Begitu juga kehidupan, jika kita memandang dari sudut pandang yang tepat maka kehidupan ini indah. Dan islamlah sudut pandang terbaik dalam menjalankan kehidupan.

semoga kisah ini memberikan memotivasi kita untuk senantiasa mengoreksi setiap perbuatan kita dan senantiasa membuat kita ingat untuk bersyukur dalam keadaan apapun asalkan itu menjauhkan kita dari perbuatan zalim..

0 komentar: