Apakah Aku Seorang Pengangguran ?
Lagi asik-asiknya berkumpul, di tengah canda yang renyah dan gurih tiba-tiba ada yang bertanya kamu kerja dimana? dan gajimu berapa? Ah, merusak mood saja, kalau bekerja membuatku terbebani dan tidak dapat melakukan banyak hal yang berarti, maka saat itu aku menjadi robot dan sisanya menjadi manusia kecapekkan. Dan, selamat datang di kehidupan yang sebenarnya, dimana setiap orang mudah bertanya tapi jawabannya tak selalu mudah. Dimana pertanyaannya dipukul rata dan semua dianggap sama. Dimana semua dibandingkan dengan tolak ukur materi tanpa memandang kesenangan dalam jiwa yang senantiasa tersenyum kecil.
Ternyata semua itu bersembunyi dibalik statusmu yang dulunya seorang pelajar menjadi seorang yang bukan pelajar lagi. Mereka mengatakan kamu pengangguran jika kamu tidak bekerja menjadi pegawai, kantor, buruh atau lainnya yang memiliki gaji tetap. Dan mereka akan menyebutnya seorang pengusaha jika kamu membuat sebuah usaha dan telah menghasilkan banyak uang dan cabangnya sudah dimana-mana. Tetapi untuk kamu yang baru mulai, yang hasilnya beda tipis sama modal, mereka cuma bisa bilang, sok sibuk, ngapain, nggak ada guna. Apalagi orang yang melakukan kegiatan sosial tanpa gaji dan menjadi relawan. Dan kegiatan lain yang relevan dalam hal tidak ada uang yang dihasilkan.
Termasuk menjadi penulis misalnya, yang tulisannya belum terbit kecuali pada cuitan twitter, remahan facebook dan rerontokkan blogger. Meski kamu memiliki banyak kegiatan, tetapi jika itu tidak ada gajinya, selamat, kamu telah menjadi pengangguran.
Menjadi pengangguran memang bukan sebuah pilihan, malah menjadi beban negara, katanya. Nyatanya kegiatan sosial lain yang coba mencerdaskan bangsa dengan menjadi sukarelawan, tidak dianggap sebagai pekerjaan, tetapi sebuah kegiatan untuk menolak disebut pengangguran. Padahal menurutku pengangguran adalah orang yang tidak melakukan apa-apa bahkan tidak memiliki rencana apa-apa untuk dilakukan. Maka, sebenarnya membersihkan rumah, mengepel lantai, menulis di blog juga bisa disebut pekerjaan yang artinya kamu bukan pengangguran. Ya, kita kan tahu banyak juga yang pekerjaannya adalah menjadi penulis di blogger dan mulai menghasilkan uang. Tetapi di masyarakat kita, hal itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.
Padahal, sering kali kita mendengar cerita asik dan nyesek, kala ada seorang lelaki yang datang ke rumah orang tua dari wanita yang di cintainya untuk melamar. Dan yang ditanyakan pertama kali adalah kamu kerja dimana, gajinya berapa. Dan laki-laki itu menjawab, saya tidak bekerja pak, saya tidak punya gaji. Dan laki-laki itu di suruhnya pergi, "kamu mau kasih makan anak saya apa". Padahal, sang lelaki adalah juragan bakso dan mie ayam yang sudah memiliki lebih dari 20 cabang dan pengelolaannya sudah diberikan kepada seseorang yang digajinya untuk memanajemen usahanya. Dia hanya tinggal menerima semua hasil keuntungan dan membicarakan pengembangan bisnis lainnya.
Candaan di masyarakat memang menggelikan. Pasalnya, pekerjaan, meski hanya menjadi buruh begitu di banggakannya. Sedangkan sebuah kerja yang mencerdaskan malah tidak begitu di hargai malah diberi dengan berjibun pertanyaan, kritik dan saran yang membuat supaya ia menjadi umum seperti lainnya, menjadi seorang pesuruh orang lainnya. Yah, memang tak salah menjadi seorang pesuruh, selama bekerja dan mendapatkan nafkah yang halal, semua baik-baik saja. Yang menurutku tak sesuai adalah, menilai kegiatan dan pekerjaan orang lain tanpa dasar ilmu, hanya sekilas tampak saja. Namanya juga masyarakat, sekumpulan manusia, pasti memiliki nilai yang di sepakati bersama dan budaya yang telah di akui bersama. Maka semua wajar di standarkan dan dibandingakan dengan nilai yang ada.Tapi apakah itu baik?
Kerja yang baik adalah yang memberikan banyak kemanfaatan bagi orang lain. Kerja yang mulia adalah yang membuat orang yang melakukannya dan orang yang ada disekitarnya menjadi mulia. Sedangkan pekerjaan yang hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, adalah tingkatan paling tidak keren. Sayangnya, justru yang tidak keren inilah suka mengomentari yang lainnya. Dan di masyarakat yang majemuk, nilai yang sesuai dengan realita yang mereka bentuk sendiri, orang-orang seperti ini muncul dengan kerap dan mewarnai perjalanan hidup yang sebenarnya.
Ketauhilah, bahwa banyak yang sedang berfikir dengan keras untuk memahami kehidupan ini, dan berusaha untuk bebas dalam memilih pilihan hidupnya sendiri tanpa ada tekanan dari orang lain untuk membentuk kehidupannya sendiri. Tidak bekerja dan bergaji bukan berarti mereka menganggur, mereka hanya sedang melakukan pekerjaan lain yang menurut mereka perlu dan penting. Membuat tulisan, membuat kerajinan, mengajari anak mengaji, memberikan senyum terhadap saudara, menyapu masjid, dan banyak yang lainnya adalah sebuah pekerjaan. Ibu, salah seorang wanita yang mungkin dinamakan pengangguran jika tidak bekerja di luar. Padahal, dia hanya sedang mengabdi kepada suaminya yang mencari karunia Allah ke muka bumi ini. Dan Ibu mendidik anak ketika bapak sedang mencari nafkah, lalu menjaga rumah, merawatnya agar tetap nyaman dan bersih, dan itulah pekerjaan yang pahalanya bisa di ganjar dengan surga oleh Allah SWT.
Jadi sebenarnya selama ini aku menganggur atau tidak? ya, menganggur dari gaji tetapi tidak dari kegiatan. Meski ketika menjadi mahasiswa dikatakan sebagai pengangguran berstatus, maka di kehidupan pasca kampus, aku adalah manusia bergelar pengangguran yang bertitle.
0 komentar: